Wisata Bulukerto, Wonogiri (+ video)
Berbicara tentang lereng pegunungan, mungkin lereng pegunungan yang satu
ini masih belum familier bagi kebanyakan orang. Jangan salah, tempat ini
mempunyai view yang luar biasa keren.
Enggak kalah deh jika dibandingkan dengan bukit-bukit yang sering ada di instagram.
Sengkedan sawah yang mirip dengan tribun stadion, air sungai yang dingin
dan jernih, hawa dingin khas pegunungan, serta kabut yang selalu saja menarik
ketika menjelang petang. Ya, Bulukerto punya semua hal yang menarik tersebut.
Walaupun mempunyai semua keindahan itu, sepertinya lokasi ini belum tersentuh
pariwisarta dengan optimal. Itu bisa berarti dua hal, masih asri dan
benar-benar alami, atau belum terkelola dengan baik.
Sabtu 8 April 2017 saya bersama beberapa rekan jalan-jalan ke sana. Tidak
hanya jalan-jalan, tetapi ada beberapa kemanfaatan dari perjalanan kali ini.
Selain silaturahim ke rumah salah seorang teman kami, Winata, kami juga
melaksanakan program dari Solopeduli
yakni Peduli Guru Ngaji. Program
pemberian bantuan kepada pengajar TPA di daerah.
Balada Mobil Rental
Berangkat pukul 11.30 dari SMKIT Smart Informatika menggunakan mobil rental
menuju Bulukerto. Mengambil mobil rental di akhir pekan memang untung-untungan,
apalagi jika yang ada tinggal itu. Kami berangkat masih lancar ketika berada di
jalan datar, masalah baru muncul ketika jalanan mulai menanjak. Pompa bensin
sepertinya tidak dapat menyuplai bahan bakar dengan maksimal sehingga ketika
tanjakan tinggi mesin seperti hilang tenaga walaupun masih menyala.
"Nyalakan lampu darurat!!"
Hand rem dan hazard
menjadi andalan kami sepanjang perjalanan menanjak di rute ini. Niatan untuk
mampir bengkel selalu saja gagal karena bengkel tutup, tidak punya sparepart, atau pemilik sedang pergi.
Bismillah,
InsyaAllah Kuat dan Tidak Apa-apa.
Semakin tinggi
tanjakan semakin bagus pemandangan yang disuguhkan di luar sana. Melalui kaca
jendela mobil paling belakang saya melamun ke luar jendela. Entah kenapa saya
selalu suka dengan perjalanan. Semakin sering pula mobil ini harus berhenti di
tengah-tengah tanjakan yang curam. Jalanan dengan kelok tajam seperti ini
memang lebih baik disentuh oleh tuan rumah secara langsung. Winata sendiri yang
menyetir, karena sudah sangat hapal seperti apa tikungan yang dihadapi.
Alhamdulillah tiba di lokasi dengan selamat tanpa ada kendala yang berarti.
Senja yang Punya
Segudang Cerita
Tiba di lokasi
kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa indah. Ah, ternyata..tempat yang
begitu indah ini masih alami sekali, belum jadi tren seperti wisata-wisata yang
lain yang nge-hits di instagram. Jika ini dikelola dengan baik tentu jadi wisata
hits selanjutnya yang akan ramai di jagad media sosial. Aliran sungai seperti
itu cocok untuk tubing, kawasannya cocok untuk outbond, tebingnya cocok untuk
dibuatkan spot ber-swafoto. Senja kali ini, meskipun kami tidak disuguhi sunset
yang mempesona tetapi lansekap berkabut itu sangat bikin nyaman.
Masuk ke dalam
rumah kami disambut keluarga dan disuguhi dengan hidangan pembuka berupa
gorengan dan kacang rebus yang menggugah selera. Ah, ini luar biasa. Sambil
menyantap hidangan, kami diceritakan bagaimana ketika tebing yang berada tepat
di samping rumah itu longsor menerjang rumah ini. Saya lalu berpikir, ada
sekian banyak rumah yang berada di lokasi seperti ini. Bagaimana mereka
bersahabat dengan alam, bagaimana mereka mengatasi kekhawatiran tebing longsor,
bagaimana mereka bisa tawakal kepada Allah dalam kondisi seperti itu. Saya jadi
menyimpan banyak tanda tanya.
Mendidik Generasi
Terbaik
Guru ngaji saya
selalu berpesan, “Jangan anggap remeh orang yang mengajar TPA. Merekalah orang
yang mendidik generasi terbaik. Apalagi mereka masih ‘ngopeni’ ketika selepas
SD. Ini masa krusial yang akan menentukan apakah generasi mereka jadi
orang-orang baik atau tidak ke depannya. Guru TPA itu luar biasa.”
Perjalanan kali
ini punya misi lain selain jalan-jalan, memberikan bingkisan untuk anak-anak
TPA, bingkisan kepada para guru ngaji TPA, dan bingkisan untuk masjid. Ini
merupakan salah satu program yang dimiliki oleh Solopeduli sebagai LAZ tingkat
provinsi. Kali ini kami memang bersama direktur Solopeduli dan timnya. Ada
suasana sejuk di kaki gunung yang hangat oleh senyum dan tawa anak-anak yang
sedang TPA di sini.
Menu Makan Besar
Pulang dari masjid
kami kembali ke rumah Winata, untuk istirahat sejenak sebelum kembali melakukan
perjalanan ke Solo. Waaaaah, dengan dipaksa kami harus makan lagi.hehe. Bukan
menolak sih, tetapi memang seperti itu jamuannya. Makanan dengan menu yang luar
biasa lengkap harus kami habiskan, dan dengan sangat terpaksa tidak habis
karena saking banyaknya. Terima kasih sangat untuk Winata dan keluarga, pulang
kami masih dibekali dengan sayuran.
Kami
pulang kembali melewati kelokan tajam dalam kondisi yang lebih gelap. Terima
kasih untuk semua yang telah menjadikan perjalanan ini seru.[]
![]() |
Sehat-sehat-sehat...ayo kuat nanjak |
![]() |
Barakallah Bang Winata dan keluarga yang telah menjamu istimewa |
![]() |
Generasi yang luar biasa |
![]() |
Bersama Pak Ustad dan tim |
![]() |
Yuuk mari pulang kembali ke Solo |
Comments